Selasa, 21 Juli 2009

Cara Membuat ShoutMix di Blog

Membuat ShoutMix

Langkah-langkahnya :
1. Buka http://www.shoutmix.com/main/
2. Pilih Create ShoutBox

3. Isi Kota Create ShoutBox
4. Continue dan Pilih Get Codes
5. Copykan Code yang ada ke Blog
Caranya :
6. Buka Blog Anda (sign In)
7. Pilih TataLetak
8. Plih Tambah Gadget
9. Tambahkan HTML/JAVAScript
10. Copykan code tersebut


Senin, 20 Juli 2009

Sholat Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika matahari sedang naik. Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur.
Jumlah raka'at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali salam.
A. Tata Cara Shalat Dhuha
1. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams
2. Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha

Niat shalat dhuha adalah:
Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: " Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah."
Doa yang dibaca setelah shalat dhuha:
"Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu". "Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh".
B. Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha
Hadits Rasulullah saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
"Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
"Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: "Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah saw berkata; "Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab; "Ya! Rasul berkata lagi: "Barangsiapa yang berwudhu', kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya." (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:

"Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surge." (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda' ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
"Allah ta`ala berkata: "Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya" (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: "Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi'arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika" ("Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: "Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu").

Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah....(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna" (Shahih al-Jami`: 6346).
5. Ampunan Dosa
"Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (HR Tirmidzi)




Kamis, 16 Juli 2009

Materi Ceramah


Meraih Hidayah Allah Swt.

Dalam ruangan yang serba gelap, untuk membedakan mana tongkat dan mana ular, setidaknya diperlukan dua hal; kemampuan mata dan cahaya dari luar.

Mata bisa melihat, tetapi bila tak ada cahaya tentu tidak akan jelas bentuk benda-benda di sekitar. Begitupun sebaliknya,

walau cahaya di sekitar terang-benderang, bila mata kita buta, segala yang nampak jadi tidak kelihatan.

Ada kisah dua orang yang mendalami ilmu agama. Yang satu rumahnya jauh dari masjid, dan yang lain lebih dekat. Ketika adzan dikumandangkan, yang jauh bergegas menuju masjid. Ia bisa datang dan masuk ke masjid lebih awal, kemudian shalat sunnah, duduk dan berdzikir, dan bisa mengikuti shalat jamaah. Namun orang yang berdekatan dengan masjid, ketika adzan dikumandangkan, masih bersantai-santai di rumah, akhirnya ia masuk / baru tiba di masjid setelah iqamat. Ia kehilangan kesempatan shalat sunnah.

Mengapa terjadi demikian? Padahal kedua orang ini sama-sama mengetahui keutamaan shalat berjamaah dan paham akan kemurkaan Allah kepada orang yang tidak shalat berjamaah. Ada perbedaan memang antar keduanya. Orang yang jauh dari masjid memiliki dua cahaya, cahaya wahyu dan cahaya hidayah. Yang satunya hanya punya cahaya wahyu semata. Hidayah belum mengejawantah dalam dirinya.Banyak orang yang tahu tentang ilmu agama, namun banyak pula yang tak menjalankan apa yang telah diketahuinya itu. Mereka belum mendapatkan hidayah. Mahal memang harga hidayah. Dan ini berkait dengan pribadi orang yang bersangkutan. Seseorang boleh berupaya sekuat tenaga untuk mengantarkan orang lain mendapatkan hidayah. Tetapi kalau Allah tidak menghendaki, dalam arti secara pribadi orang yang bersangkutan belum memiliki kesiapan, maka usaha itu akan terhenti di tengah jalan.
Nabi Nuh AS berdakwah kepada keluarga dan kaumnya selama beratus-ratus tahun, namun hanya beberapa orang saja yang mau mengikuti risalahnya. Bahkan anak dan istrinya termasuk dari orang-orang yang menentang.

Nabi Ibrahim AS berkali- kali mengajak ayahandanya agar tunduk pada Allah Sang Pencipta, namun sang ayah tetap pada pendiriannya, menyembah patung yang dibuatnya sendiri.
Begitu juga Rasulullah saw, beliau tidak bosan-bosan mengharap pamannya agar mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallah', namun sampai akhir hayatnya, Abu Thalib tidak mengucapkan kalimat thayyibah itu.


Memang hidayah itu hanya milik Allah. Dialah yang akan menurunkannya kepada yang Dia menghendaki. Wewenang dan tugas manusia (nabi, ulama/kyai/dai) hanyalah mengajak, memberikan pengertian dan pemahaman, alias memberi jalan masuknya hidayah. Selanjutnya sudah dalam wilayah wewenang Allah swt.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petjk kpd orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang2 yg mau menerima petunjuk." (QS al-Qashash: 56)

Hidayah atau petunjuk Allah mesti kita cari untuk mendapatkannya. Tak bisa hidayah itu datang dengan tiba-tiba, tanpa adanya usaha keras untuk meraihnya. Untuk memperoleh hidayah diperlukan perjuangan.

Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunnah -sunnahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa bila dibutuhkan. Dengan begitu niscaya Allah akan menurunkan petunjuk-Nya. Firman Allah;

"Katakanlah, taatlah pada Allah dan taatlah pada Rasul, dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan dengan terang." (QS An-Nur: 54)

"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS al-Ankabut: 69)

Memang berat untuk mendapatkan hidayah. Tetapi sebagai sebuah perjuangan, hal itu wajar. Sesuatu yang bernilai tinggi, tidak akan diberikan secara gratis. Tetapi setelah didapat dan bisa dipertahankan, maka hasilnya sungguh luar biasa. Hidayah itulah kunci selamat dari gelapnya kehidupan. Dalam al-Qur'an, Allah swt beberapa kali mengabarkan bahwa ada segolongan manusia yang sampai kapan pun tak akan pernah diberi petunjuk, walaupun sangat diharapkan. Di antaranya memang telah Allah sesatkan. Lalu Allah biarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatannya. Tak seorang pun yang akan memberi petunjuk dan mampu untuk menolongnya.


"Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong." (QS an-Nahl: 37)

Ada pula segolongan manusia yang Allah tidak berkenan memberikan petunjuk-Nya. Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, mendustakan ayat-ayat-Nya, orang-orang zhalim yang selalu mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, dan mereka yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.

Ada juga yang Allah sesatkan berdasarkan ilmu pengetahuannya, kemudian Allah mengunci mati hati dan pendengarannya, membutakan kedua matanya. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas, mereka menjadikannya sebagai bahan olok-olok saja. Mereka orang-orang yang akan merugi dikarenakan telah lupa dengan diri mereka sendiri. Dan di akhirat kelak mereka akan tertunduk lesu sebagai orang-orang yang kalah:

"Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena hina, mereka melihat dengan pandangan lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, 'Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan keluarga mereka pada hari kiamat.' Ingatlah sesungguhnya orang-orang yang zhalim berada dalam adzab yang kekal." (QS asy-Syuura: 45)

Orang-orang yang telah disesatkan Allah, tiada seorangpun yang mampu menolongnya dari kesesatan itu. Kita berlindung kepada Allah dari katagori kelompok orang-orang zhalim ini, kelompok yang merugi dan akan mendapatkan azab kehinaan dari Allah 'Azza wa jalla.



Belajar Kehidupan dari Binatang

Belajar Kehidupan dari Binatang

Tiga binatang kecil ini menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Qur'an.

Yakni Surat An Naml [semut], Al 'Ankabuut [laba-laba], dan An Nahl [lebah].


Semut, menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa berhenti. Konon, binatang ini dapat meng-himpun makanan untuk bertahun-tahun. Padahal usianya tidak lebih dari setahun. Ketamakannya sede-mikian besar sehingga ia berusaha - dan seringkali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya.

Semut ádalah contoh binatang yang tidak berperilaku Zuhud…

Lain lagi uraian Al-Qur'an tentang laba-laba. [Al 'Ankabuut; 29:41]

41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.

Sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh, ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan binasa. Bahkan jantannya disergapnya untuk dihabisi oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Inilah gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.

Akan halnya lebah, memiliki naluri yang dalam bahasa Al-Qur'an - "atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal" [An Nahl; 16:68]. 

68. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",


Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar efisen dalam penggunaan ruang. Yang dimakannya adalah serbuk sari bunga. Lebah tidak menumpuk makanan. Lebah menghasilkan lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi kita. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali jika diganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.

Sikap kita dalam hidup dan kehidupan ini dapat diibaratkan dengan berbagai jenis binatang ini. Ada yang berbudaya 'semut'. Sering menghimpun dan menumpuk harta, menumpuk ilmu yang tidak dimanfaatkan. Budaya 'semut' adalah budaya 'aji mumpung'. Pemborosan, foya-foya adalah implementasinya.

Entah berapa banyak juga tipe 'laba-laba' yang ada di sekeliling kita. Yang hanya berpikir: "Siapa yang dapat dijadikan mangsa".

Nabi Shalalahu 'Alaihi Wasallam mengibaratkan seorang mukmin sebagai 'lebah'. Sesuatu yang tidak merusak dan tidak menyakitkan : "Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya" .
Wassalaam. Semoga Bermanfaat!




 

Followers

Site Info

Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template Vector by DaPino