Senin, 06 Februari 2012
Kamis, 26 November 2009
Cara Membuat Menu Tab View
1. Login ke blogger trus pilih menu "Layout --> Edit HTML"
2. Kemudian cari kode ini ]]>
3. Kemudian masukkan kode berikut ini sebelum kode ]]> atau kedalam tag CSS.
div.TabView div.Tabs
{
height: 24px;
overflow: hidden;
}
div.TabView div.Tabs a
{
float: left;
display: block;
width: 90px; /* Lebar Menu Utama Atas */ text-align: center;
height: 24px; /* Tinggi Menu Utama Atas */
padding-top: 3px;
vertical-align: middle;
border: 1px solid #000; /* Warna border Menu Atas */
border-bottom-width: 0;
text-decoration: none;
font-family: "Times New Roman", Serif; /* Font Menu Utama Atas */
font-weight: 900;
color: #000; /* Warna Font Menu Utama Atas */
}
div.TabView div.Tabs a:hover, div.TabView div.Tabs a.Active
{
background-color: #FF9900; /* Warna background Menu Utama Atas */
}
div.TabView div.Pages
{
clear: both;
border: 1px solid #6E6E6E; /* Warna border Kotak Utama */
overflow: hidden;
background-color: #FF9900; /* Warna background Kotak Utama */
}
div.TabView div.Pages div.Page
{
height: 100%;
padding: 0px;
overflow: hidden;
}
div.TabView div.Pages div.Page div.Pad
{
padding: 3px 5px;
}
4. Perhatikan text-text yang berwarna merah, itu adalah keterangan untuk pengaturan Tab View. Ada ukuran warna dll. Untuk mengetahui kode2 warna silahkan lihat DISINI
5. Langkah selanjutnya yaitu pasang kode berikut ini sebelum kode
6. Kemudian "Di save"
7. Lalu pergi ke menu "Page Elements"
8. Trus PIlih "Add a Gadget" --> "HTML/Javascript" di tempat yg akan km letakkan Manu Tab View ini.
9. Inilah script yg harus kamu pasang :
Jumat, 09 Oktober 2009
Menghidupkan Sunnah Rasul dengan AQIQAH
“Barang siapa yang menghidupkan sunnahku disaat terjadi kerusakan pada ummatku maka baginya pahala seseorang yang mati syahid.” (Rasulullah saw.)
Hadits ini menyadarkan kita akan pentingnya kembali pada kehidupan Islami dan enghidupkan sunnah Nabi saw. terutama di saat ummat mulai cenderung dan terpedayadengan segala gaya hidup yang tidak berasal dari nilai-nilai Islam. Hal tersebut mengakibatkan ummat Islam tidak lagi memiliki jati diri, dan kecintaannya kepada Nabi saw. sebagai suri teladan larut sedikit demi sedikit, berganti mengikuti erak dan gaya masyarakat yang jahiliyah, termasuk dalam menyambut kehadiran anak yang sebenarnya merupakan amanah Allah SWT.
Beberapa Hal yang Harus Dilakukan oleh Orang tua Setelah Kelahiran Anaknya:
1. Menyuarakan adzan di telinga kanan dan qomat di telinga kiri bayi.
Hal ini berdasarkan atas sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dari Abu Rafi’: Aku melihat Rasulullah saw. Menyuarakan adzan pada telinga Al-Hasan bin ‘Ali ketika Fatimah melahirkannya.
2. Melakukan tahniq, yaitu menggosok langit-langit (mulut bagian atas) dengan kurma yang sudah dilembutkan. Caranya ialah dengan menaruh sebagian kurma yang telah ikunyah pada jari, dan memasukkan jari itu ke dalam mulut bayi, kemudian menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan dengan gerakan yang lembut hingga merata di sekeliling langit-langit bayi. Jika kurma sulit di dapat, tahniq ini dapat dilakukan dengan bahan yang manis lainnya, seperti madu atau saripati gula, sebagai pelaksanaan sunnah Nabi saw. Di dalam Shahihain, terdapat hadits dari Abu Burdah, dari Abu Musa r.a., ia berkata: Aku telah dikaruniai seorang anak, kemudian aku membawanya kepada Nabi saw. lalu beliau menamakannya Ibrahim, menggosok-gosok langit-langit mulutnya dengan sebuah kurma dan mendo’akannya dengan keberkahan. Setelah itu beliau menyerahkannya kepadaku.
Hikmah dari tahniq ini ialah untuk menguatkan syaraf-syaraf mulut dan gerakan lisan beserta tenggorokan dan dua tulang rahang bawah dengan jilatan, sehingga anak siap untuk menghisap air susu ibunya dengan kuat dan alami. Lebih utama kalau tahniq ini dilakukan oleh ulama / orang yang shalih sebagai penghormatan dan pengharapan agar si bayi menjadi orang yang shalih pula.
3. Mencukur rambut kepala bayi, Memberi nama, dan Aqiqah.
Makna ‘Aqiqah
Secara bahasa ‘aqiqah berarti memutus. Sedangkan secara istilah Syara’ aqiqah berarti
menyembelih kambing untuk anak pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya.
Pentingnya Aqiqah
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya anak itu diaqiqahi. Maka tumpahkanlah darah baginya dan jauhkanlah penyakit daripadanya (dengan mencukurnya).” (Hadits shahih riwayat Bukhari, dari Salman Bin Amar Adh-Dhabi).
Rasulullah saw. bersabda : “Setiap anak itu digadaikan dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan (binatang) pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya, diberi nama pada hari itu dan dicukur kepalanya”. (Ashhabus-Sunan).
‘Aqiqah adalah tanda syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat anak yang diberikan- Nya. Juga sebagai washilah (sarana) memohon kepada Allah SWT. agar menjaga dan memelihara sang bayi. Dari hadits di atas pula ulama menjelaskan bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi para wali bayi yang mampu, bahkan tetap dianjurkan, sekalipun wali bayi dalam kondisi sulit.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Aqiqah.
1. Kambing yang akan di sembelih mencapai umur minimal satu tahun dan sehat tanpa cacat sebagaimana persyaratan untuk hewan qurban.
2. Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, dianjurkan untuk menyembelih dua ekor kambing yang sepadan (sama besarnya), sedangkan bayi perempuan disembelihkan satu ekor kambing. Hal ini berdasar atas hadits dari Ummu Karaz al-Ka’biyah, Rasul saw. bersabda: “Bagi anak laki-laki (disembelihkan) dua ekor kambing dan bagi anak perempuan (disembelihkan) satu ekor. Dan tidak membahayakan kamu sekalian apakah (sembelihan itu) jantan atau betina” (H. R. Ahmad dan Tirmidzi) Hal di atas berlaku untuk orang yang dikaruniai rizqi yang cukup oleh Allah SWT. Sedangkan orang yang kemampuannya terbatas, diperbolehkan untuk meng’aqiqahi anak laki-laki maupun anak perempuan dengan satu ekor kambing. Hal ini berdasar atas hadits dari Ibnu ‘Abbas r.a.: “Bahwa Rasulullah saw. telah meng’aqiqahi Al- Hasan dan Al-Husain dengan satu ekor biri-biri.” (H.R. Abu Dawud), dan juga riwayat dari Imam Malik: “Abdullah bin Umar r.a. telah meng’aqiqahi anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan, satu kambing-satu kambing.”
3. Dianjurkan agar ‘aqiqah itu disembelih atas nama anak yang dilahirkan. Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir dari ‘Aisyah r.a.: Nabi saw. bersabda: “Sembelihlah atas namanya (anak yang dilahirkan), dan ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, bagi-Mu-lah dan kepada-Mulah aku persembahkan ‘aqiqah si Fulan ini.” Akan tetapi, jika orang yang menyembelih itu telah berniat, meskipun tidak menyebutkan nama anak itu, maka tujuannya sudah tercapai.
4. Adapun daging aqiqah tersebut selain dimakan oleh keluarga sendiri, juga disedekahkan dan dihadiahkan.
5. Disukai untuk memberi nama anak pada hari ketujuh dengan memilihkannya nama-nama yang baik, lalu mencukur rambutnya, kemudian bersedekah senilai harga emas atau perak yang setimbang dengan berat rambutnya. Dari Ali r.a. berkata: Rasulullah saw. memerintahkan Fatimah dan bersabda : “Timbanglah rambut Husain dan bersedekahlah dengan perak sesuai dengan berat timbangan (rambut)nya dan berikanlah kaki kambing kepada kabilah (suku bangsa)”.
Demikianlah tulisan ringkas yang dapat kami sampaikan, semoga anak-anak kita yang lahir kemudian di’aqiqahi mendapat rahmat, inayah, serta dilindungi Allah SWT. dari godaan syaitan yang terkutuk dan dimudahkan jalannya dalam menempuh Shiraathal Mustaqim. Aamiin.
Kamis, 01 Oktober 2009
Khutbah Iedul Fitri
الله اكبر ×7 الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد . الحمد لله والصلا ة والسـلا م على رسـول الله اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمد ا عبده ورسـوله لانبي بعده. ونصلى ونسـلم على محمد ابن عبد الله أما بعد. فيا أيها الحا ضرون : اتقوا الله حق تقا ته ولا تموتن الا وانتم مسـلمون.
Kalimat takbir, tahmid, tasbih dan tahlil yang kita kumandangkan adalah untuk mengagungkan Allah SWT. Sebagai tanda syukur kita kepada Allah SWT. Maka inilah yang sering tidak disadari oleh manusia : betapa banyaknya ni’mat Allah yang telah diberikan kepada kita, akan tetapi betapa sedikitnya ungkapan rasa syukur kita kepada Allah. Allah SWT. Memberikan gambaran mengenai siksaan bagi orang yang kufur ni’mat dalam Q.S. al-Nahl : 112 :
Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
Allah SWT. Memberikan contoh dalam al-Quran kisah bangsa Saba', suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal sholeh, penuh dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama' ahli tafsir mengisahkan bahwa: dahulu, wanita kaum Saba' tidak perlu untuk memanen buah-buahan kebun mereka. Untuk mengambil hasil kebunnya, mereka cukup membawa keranjang di atas kepalanya, lalu melintas dikebunnya, maka buah-buahan yang telah masak dan berjatuhan sudah dapat memenuhi keranjangnya, tanpa harus bersusah-payah memetik atau mendatangkan pekerja yang memanennya.
Sebagian ulama' lain juga menyebutkan bahwa dahulu di negeri Saba' tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya, yang demikian itu berkat udaranya yang bagus, cuacanya yang bersih, dan berkat rahmat Allah yang senantiasa melindungi mereka. Kendatipun Allah memberikan ni’mat yang banyak kepada mereka dan senantiasa membuka pintu taubat kepada mereka, namun mereka masih tetap berpaling mendurhakai Allah dan tidak mensyukuri ni’mat yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka. Maka akibatnya adalah Allah memberikan adzab kepada mereka dengan mendatangkan banjir yang besar dan Allah pun ganti kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pepohonan yang berbuah pahit dan banyak duri. Demikianlah Allah membalas mereka disebabkan karena perbuatannya enggan bersyukur kepada Allah.
Ribuan tahun yang lalu Nabi Musa AS. Pernah bertanya kepada Allah SWT. : Ya Allah siapakah di antara hambamu yang paling kaya ? apakah Qarun yang saat itu hartanya memiliki harta melimpah ruah ? ataukah fir’aun yang saat itu memiliki jabatan dan kedudukan sebagai raja ? Allah menjawab dengan tegas dan jelas : wahai Nabi Musa AS. Di antara hambaku yang paling kaya adalah hamba yang pandai bersyukur kepada Allah. Allah tidak akan bertanya berapa jumlah harta dan jabatan yang dimiliki oleh manusia, akan tetapi Allah akan bertanya syukur atau kufur terhadap ni’mat yang telah diberikan kepada manusia.
Kalau kita berfikir sejenak, sebetulnaya dalam perjalanan hidup kita semenjak dari bangun tidur sampai menutup mata untuk tidur kembali, tidak ada yang hampa dari ni’mat Allah, kita bisa bernapas, duduk, berjalan, makan, minum, puasa di bulan ramadlan dan seterusnya, semuanya merupakan ni’mat Allah. Di antara saudara kita ada yang tidak bisa duduk, berjalan, makan, minum, dan puasa di bulan ramadlan seperti kita.
Ukuran pahala puasa bukan hanya terletak pada lapar dan haus yang dirasakan seseorang, sebagaimana terungkap dalam hadits ;
ليس الصيام من الأكل والشـرب وإنما الصيام من اللغو والرفث {رواه الحاكم والبيهقى}
Puasa itu bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.
Dan hadits lain juga menegaskan :
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش
Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus saja.
Agar ibadah puasa yang dilaksanakan kita tidak sia-sia, maka perlu memahami memahami makna puasa dengan baik dan benar, sehingga dampak pendidikan, semangat ibadah dan kesolehan sosial yang terdapat dalam puasa itu pengaruhnya tidak saja selama bulan puasa, tapi juga akan terasa dalam kehidupan sehari-hari di luar bulan ramadlan.
Selama satu bulan kita dilatih untuk bisa mengendlikan hawa nafsu, sehingga kita memiliki jiwa yang penuh kebaikan, kasih sayang dan senang menjunjung kebenaran inilah yang kemudian disebut dengan ’idul Fitri. Betapa tidak, orang yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, ketika ia mengejar materi, ia akan menjadi tamak dan serakah, tidak lagi memandang mana yang halal dan haram, mana yang hak dan bathil, melakukan tindak pidana korupsi dan merampas serta mengambil hak orang lain, orang seperti ini digambarkan dalam Q.S. al-Baqarah : 65 :
lalu kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".
Sebagian mufassir menjelaskan ayat tersebut di atas, bahwa manusia memiliki sifat dan prilaku seperti monyet yaitu serakah, rakus, tamak, tidak ingat orang lain, tidak mau berbagi kepada orang lain, pelit dan bakhil.
orang yang tidak mampu mengendalikan diri, untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan dalam rangka memperturutkan ambisi pribadi dan kelompoknya, maka akan melakukan dengan menghalalkan segala cara, sehingga akan merugikan orang lain yang pada gilirannya masyarakat akan menderita. Gambaran orang yang memiliki sifat tersebut al-Quran surah al-A’raf :176 menjelaskan :
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.Lebih tegas lagi Allah menjelaskan dalam Q.S. Thoha : 124 – 126 yaitu :
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan".
Orang yang suka menuruti keinginan hawa nafsunya akan bersikap melampaui batas dan sewenang-wenang. Sikap melampaui batas timbul akibat ketergilaan terhadap kesenangan dunia, seperti yang digambarkan dalam Q.S. al-Humazah : 2 – 3 :
Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
Sifat yang digambarkan dalam ayat tersebut di atas akibat adalah :
Hidup bermegah-megahan akan membuat manusia lupa sampai memasuki lubang kubur.
Lupa dalam ayat tersebut diatas mencakup banyak hal : lupa aturan, lupa diri sendiri, lupa saudara, lupa keluarga, lupa zakat, infak, dan shodaqah dan sampai akhirnya lupa akan mati. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-’Adiyat : 6 – 7 :
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, karena dia sangat mencintai hartanya.
Karena manusia dilahirkan dalam keadaan fithrah yang artinya suci, bersih, benar, baik dan indah, maka perbuatan menuruti hawa nafsu bertentangan dengan jati diri manusia sehingga akan mengganggu ketentraman dan kedamaian hati manusia. Suatu hari Nabi SAW. Ditanya oleh seorang sahabatnya : Apa itu dosa ya Rasulullah ? beliau menjawab :
ما حاك فى النفس وكرهت أن يطلع عليه الناس
Dosa adalah sesuatu yang terbetik dalam hatimu dan kamu tidak suka orang banyak mengetahuinya.
Kita tidak suka orang banyak mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati kita, jika yang tersembunyi itu bertentangan dengan hati nurani. Karena dengan sendirinya dosa akan menjadi sumber kesengsaraan bathin dan bisa jadi juga kesengsaraan lahir. Karena itu dengan kasih sayang-Nya, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertaubat mensucikan diri kita dari dosa baik hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Maka dihari yang suci ini, marilah kita sama-sama renungkan dan perhatikan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :
أتدرون من التائب ؟
Apakah kamu tahu orang-orang yang tobat ?
Para sahabat menjawab :
قلنا الله ورسوله أعلم
Kami (para sahabat) menjawab Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui.
Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan :
ومن تاب ولم يتعلم العلم فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat belum mau untuk belajar, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يغير خلقه فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum merubah prilaku (akhlaknya), maka ia belum termasuk orang-orang yang bertaubat.
ومن تاب ولم يزد فى العبادة فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum menambah dalam ibadahnya, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يزضى الخصماء فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum damai dengan musuhnya, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يطو فراشـه فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum mau untuk bangun malam, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يتصدق ماله فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum menyedekahkan hartanya, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
Oleh karena itu, puasa mendidik dan melatih kita untuk bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga kita termasuk orang-orang yang bertaubat sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits tersebut di atas yaitu taubah nasuha (taubat yang yang sungguh-sungguh) dan dilengkapi dengan menjadi manusia yang pandai menghapus bekas-bekas luka hati yang menyakitkan. Karena itulah kita berada dalam fthrah yang suci sambil mengucapkan :
تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم وجعلنا الله من العا ئدين والفائزين
Semoga Allah menerima amalan dan puasa kita semua dan Allah menjadikan kita semua orang-orang yang kembali suci bersih dan mendapatkan kemenangan.
Selasa, 21 Juli 2009
Cara Membuat ShoutMix di Blog
Langkah-langkahnya :
1. Buka http://www.shoutmix.com/main/
2. Pilih Create ShoutBox
3. Isi Kota Create ShoutBox
4. Continue dan Pilih Get Codes
5. Copykan Code yang ada ke Blog
Caranya :
6. Buka Blog Anda (sign In)
7. Pilih TataLetak
8. Plih Tambah Gadget
9. Tambahkan HTML/JAVAScript
10. Copykan code tersebut
Senin, 20 Juli 2009
Sholat Dhuha
Jumlah raka'at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali salam.
A. Tata Cara Shalat Dhuha
1. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams
2. Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha
Niat shalat dhuha adalah:
Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: " Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah."
Doa yang dibaca setelah shalat dhuha:
"Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu". "Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh".
B. Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha
Hadits Rasulullah saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
"Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
"Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: "Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah saw berkata; "Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab; "Ya! Rasul berkata lagi: "Barangsiapa yang berwudhu', kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya." (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
"Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surge." (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda' ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
"Allah ta`ala berkata: "Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya" (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: "Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi'arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika" ("Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: "Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu").
Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah....(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna" (Shahih al-Jami`: 6346).
5. Ampunan Dosa
"Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (HR Tirmidzi)
Kamis, 16 Juli 2009
Materi Ceramah
Meraih Hidayah Allah Swt.
Dalam ruangan yang serba gelap, untuk membedakan mana tongkat dan mana ular, setidaknya diperlukan dua hal; kemampuan mata dan cahaya dari luar.
Mata bisa melihat, tetapi bila tak ada cahaya tentu tidak akan jelas bentuk benda-benda di sekitar. Begitupun sebaliknya,
walau cahaya di sekitar terang-benderang, bila mata kita buta, segala yang nampak jadi tidak kelihatan.
Ada kisah dua orang yang mendalami ilmu agama. Yang satu rumahnya jauh dari masjid, dan yang lain lebih dekat. Ketika adzan dikumandangkan, yang jauh bergegas menuju masjid. Ia bisa datang dan masuk ke masjid lebih awal, kemudian shalat sunnah, duduk dan berdzikir, dan bisa mengikuti shalat jamaah. Namun orang yang berdekatan dengan masjid, ketika adzan dikumandangkan, masih bersantai-santai di rumah, akhirnya ia masuk / baru tiba di masjid setelah iqamat. Ia kehilangan kesempatan shalat sunnah.
Mengapa terjadi demikian? Padahal kedua orang ini sama-sama mengetahui keutamaan shalat berjamaah dan paham akan kemurkaan Allah kepada orang yang tidak shalat berjamaah. Ada perbedaan memang antar keduanya. Orang yang jauh dari masjid memiliki dua cahaya, cahaya wahyu dan cahaya hidayah. Yang satunya hanya punya cahaya wahyu semata. Hidayah belum mengejawantah dalam dirinya.Banyak orang yang tahu tentang ilmu agama, namun banyak pula yang tak menjalankan apa yang telah diketahuinya itu. Mereka belum mendapatkan hidayah. Mahal memang harga hidayah. Dan ini berkait dengan pribadi orang yang bersangkutan. Seseorang boleh berupaya sekuat tenaga untuk mengantarkan orang lain mendapatkan hidayah. Tetapi kalau Allah tidak menghendaki, dalam arti secara pribadi orang yang bersangkutan belum memiliki kesiapan, maka usaha itu akan terhenti di tengah jalan.
Nabi Nuh AS berdakwah kepada keluarga dan kaumnya selama beratus-ratus tahun, namun hanya beberapa orang saja yang mau mengikuti risalahnya. Bahkan anak dan istrinya termasuk dari orang-orang yang menentang.
Nabi Ibrahim AS berkali- kali mengajak ayahandanya agar tunduk pada Allah Sang Pencipta, namun sang ayah tetap pada pendiriannya, menyembah patung yang dibuatnya sendiri.
Begitu juga Rasulullah saw, beliau tidak bosan-bosan mengharap pamannya agar mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallah', namun sampai akhir hayatnya, Abu Thalib tidak mengucapkan kalimat thayyibah itu.
Memang hidayah itu hanya milik Allah. Dialah yang akan menurunkannya kepada yang Dia menghendaki. Wewenang dan tugas manusia (nabi, ulama/kyai/dai) hanyalah mengajak, memberikan pengertian dan pemahaman, alias memberi jalan masuknya hidayah. Selanjutnya sudah dalam wilayah wewenang Allah swt.
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petjk kpd orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang2 yg mau menerima petunjuk." (QS al-Qashash: 56)
Hidayah atau petunjuk Allah mesti kita cari untuk mendapatkannya. Tak bisa hidayah itu datang dengan tiba-tiba, tanpa adanya usaha keras untuk meraihnya. Untuk memperoleh hidayah diperlukan perjuangan.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunnah -sunnahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa bila dibutuhkan. Dengan begitu niscaya Allah akan menurunkan petunjuk-Nya. Firman Allah;
"Katakanlah, taatlah pada Allah dan taatlah pada Rasul, dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan dengan terang." (QS An-Nur: 54)
"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS al-Ankabut: 69)
Memang berat untuk mendapatkan hidayah. Tetapi sebagai sebuah perjuangan, hal itu wajar. Sesuatu yang bernilai tinggi, tidak akan diberikan secara gratis. Tetapi setelah didapat dan bisa dipertahankan, maka hasilnya sungguh luar biasa. Hidayah itulah kunci selamat dari gelapnya kehidupan. Dalam al-Qur'an, Allah swt beberapa kali mengabarkan bahwa ada segolongan manusia yang sampai kapan pun tak akan pernah diberi petunjuk, walaupun sangat diharapkan. Di antaranya memang telah Allah sesatkan. Lalu Allah biarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatannya. Tak seorang pun yang akan memberi petunjuk dan mampu untuk menolongnya.
"Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong." (QS an-Nahl: 37)
Ada pula segolongan manusia yang Allah tidak berkenan memberikan petunjuk-Nya. Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, mendustakan ayat-ayat-Nya, orang-orang zhalim yang selalu mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, dan mereka yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.
Ada juga yang Allah sesatkan berdasarkan ilmu pengetahuannya, kemudian Allah mengunci mati hati dan pendengarannya, membutakan kedua matanya. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas, mereka menjadikannya sebagai bahan olok-olok saja. Mereka orang-orang yang akan merugi dikarenakan telah lupa dengan diri mereka sendiri. Dan di akhirat kelak mereka akan tertunduk lesu sebagai orang-orang yang kalah:
"Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena hina, mereka melihat dengan pandangan lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, 'Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan keluarga mereka pada hari kiamat.' Ingatlah sesungguhnya orang-orang yang zhalim berada dalam adzab yang kekal." (QS asy-Syuura: 45)
Orang-orang yang telah disesatkan Allah, tiada seorangpun yang mampu menolongnya dari kesesatan itu. Kita berlindung kepada Allah dari katagori kelompok orang-orang zhalim ini, kelompok yang merugi dan akan mendapatkan azab kehinaan dari Allah 'Azza wa jalla.
Belajar Kehidupan dari Binatang
Tiga binatang kecil ini menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Qur'an.
Yakni Surat An Naml [semut], Al 'Ankabuut [laba-laba], dan An Nahl [lebah].
Semut, menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa berhenti. Konon, binatang ini dapat meng-himpun makanan untuk bertahun-tahun. Padahal usianya tidak lebih dari setahun. Ketamakannya sede-mikian besar sehingga ia berusaha - dan seringkali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya.
Semut ádalah contoh binatang yang tidak berperilaku Zuhud…
Lain lagi uraian Al-Qur'an tentang laba-laba. [Al 'Ankabuut; 29:41]
41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
Sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh, ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan binasa. Bahkan jantannya disergapnya untuk dihabisi oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Inilah gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.
Akan halnya lebah, memiliki naluri yang dalam bahasa Al-Qur'an - "atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal" [An Nahl; 16:68].
68. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar efisen dalam penggunaan ruang. Yang dimakannya adalah serbuk sari bunga. Lebah tidak menumpuk makanan. Lebah menghasilkan lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi kita. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali jika diganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.
Sikap kita dalam hidup dan kehidupan ini dapat diibaratkan dengan berbagai jenis binatang ini. Ada yang berbudaya 'semut'. Sering menghimpun dan menumpuk harta, menumpuk ilmu yang tidak dimanfaatkan. Budaya 'semut' adalah budaya 'aji mumpung'. Pemborosan, foya-foya adalah implementasinya.
Entah berapa banyak juga tipe 'laba-laba' yang ada di sekeliling kita. Yang hanya berpikir: "Siapa yang dapat dijadikan mangsa".
Nabi Shalalahu 'Alaihi Wasallam mengibaratkan seorang mukmin sebagai 'lebah'. Sesuatu yang tidak merusak dan tidak menyakitkan : "Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya" .