الله اكبر ×7 الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد . الحمد لله والصلا ة والسـلا م على رسـول الله اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمد ا عبده ورسـوله لانبي بعده. ونصلى ونسـلم على محمد ابن عبد الله أما بعد. فيا أيها الحا ضرون : اتقوا الله حق تقا ته ولا تموتن الا وانتم مسـلمون.
Kalimat takbir, tahmid, tasbih dan tahlil yang kita kumandangkan adalah untuk mengagungkan Allah SWT. Sebagai tanda syukur kita kepada Allah SWT. Maka inilah yang sering tidak disadari oleh manusia : betapa banyaknya ni’mat Allah yang telah diberikan kepada kita, akan tetapi betapa sedikitnya ungkapan rasa syukur kita kepada Allah. Allah SWT. Memberikan gambaran mengenai siksaan bagi orang yang kufur ni’mat dalam Q.S. al-Nahl : 112 :
Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
Allah SWT. Memberikan contoh dalam al-Quran kisah bangsa Saba', suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal sholeh, penuh dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama' ahli tafsir mengisahkan bahwa: dahulu, wanita kaum Saba' tidak perlu untuk memanen buah-buahan kebun mereka. Untuk mengambil hasil kebunnya, mereka cukup membawa keranjang di atas kepalanya, lalu melintas dikebunnya, maka buah-buahan yang telah masak dan berjatuhan sudah dapat memenuhi keranjangnya, tanpa harus bersusah-payah memetik atau mendatangkan pekerja yang memanennya.
Sebagian ulama' lain juga menyebutkan bahwa dahulu di negeri Saba' tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya, yang demikian itu berkat udaranya yang bagus, cuacanya yang bersih, dan berkat rahmat Allah yang senantiasa melindungi mereka. Kendatipun Allah memberikan ni’mat yang banyak kepada mereka dan senantiasa membuka pintu taubat kepada mereka, namun mereka masih tetap berpaling mendurhakai Allah dan tidak mensyukuri ni’mat yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka. Maka akibatnya adalah Allah memberikan adzab kepada mereka dengan mendatangkan banjir yang besar dan Allah pun ganti kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pepohonan yang berbuah pahit dan banyak duri. Demikianlah Allah membalas mereka disebabkan karena perbuatannya enggan bersyukur kepada Allah.
Ribuan tahun yang lalu Nabi Musa AS. Pernah bertanya kepada Allah SWT. : Ya Allah siapakah di antara hambamu yang paling kaya ? apakah Qarun yang saat itu hartanya memiliki harta melimpah ruah ? ataukah fir’aun yang saat itu memiliki jabatan dan kedudukan sebagai raja ? Allah menjawab dengan tegas dan jelas : wahai Nabi Musa AS. Di antara hambaku yang paling kaya adalah hamba yang pandai bersyukur kepada Allah. Allah tidak akan bertanya berapa jumlah harta dan jabatan yang dimiliki oleh manusia, akan tetapi Allah akan bertanya syukur atau kufur terhadap ni’mat yang telah diberikan kepada manusia.
Kalau kita berfikir sejenak, sebetulnaya dalam perjalanan hidup kita semenjak dari bangun tidur sampai menutup mata untuk tidur kembali, tidak ada yang hampa dari ni’mat Allah, kita bisa bernapas, duduk, berjalan, makan, minum, puasa di bulan ramadlan dan seterusnya, semuanya merupakan ni’mat Allah. Di antara saudara kita ada yang tidak bisa duduk, berjalan, makan, minum, dan puasa di bulan ramadlan seperti kita.
Ukuran pahala puasa bukan hanya terletak pada lapar dan haus yang dirasakan seseorang, sebagaimana terungkap dalam hadits ;
ليس الصيام من الأكل والشـرب وإنما الصيام من اللغو والرفث {رواه الحاكم والبيهقى}
Puasa itu bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.
Dan hadits lain juga menegaskan :
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش
Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus saja.
Agar ibadah puasa yang dilaksanakan kita tidak sia-sia, maka perlu memahami memahami makna puasa dengan baik dan benar, sehingga dampak pendidikan, semangat ibadah dan kesolehan sosial yang terdapat dalam puasa itu pengaruhnya tidak saja selama bulan puasa, tapi juga akan terasa dalam kehidupan sehari-hari di luar bulan ramadlan.
Selama satu bulan kita dilatih untuk bisa mengendlikan hawa nafsu, sehingga kita memiliki jiwa yang penuh kebaikan, kasih sayang dan senang menjunjung kebenaran inilah yang kemudian disebut dengan ’idul Fitri. Betapa tidak, orang yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, ketika ia mengejar materi, ia akan menjadi tamak dan serakah, tidak lagi memandang mana yang halal dan haram, mana yang hak dan bathil, melakukan tindak pidana korupsi dan merampas serta mengambil hak orang lain, orang seperti ini digambarkan dalam Q.S. al-Baqarah : 65 :
lalu kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".
Sebagian mufassir menjelaskan ayat tersebut di atas, bahwa manusia memiliki sifat dan prilaku seperti monyet yaitu serakah, rakus, tamak, tidak ingat orang lain, tidak mau berbagi kepada orang lain, pelit dan bakhil.
orang yang tidak mampu mengendalikan diri, untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan dalam rangka memperturutkan ambisi pribadi dan kelompoknya, maka akan melakukan dengan menghalalkan segala cara, sehingga akan merugikan orang lain yang pada gilirannya masyarakat akan menderita. Gambaran orang yang memiliki sifat tersebut al-Quran surah al-A’raf :176 menjelaskan :
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.Lebih tegas lagi Allah menjelaskan dalam Q.S. Thoha : 124 – 126 yaitu :
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan".
Orang yang suka menuruti keinginan hawa nafsunya akan bersikap melampaui batas dan sewenang-wenang. Sikap melampaui batas timbul akibat ketergilaan terhadap kesenangan dunia, seperti yang digambarkan dalam Q.S. al-Humazah : 2 – 3 :
Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
Sifat yang digambarkan dalam ayat tersebut di atas akibat adalah :
Hidup bermegah-megahan akan membuat manusia lupa sampai memasuki lubang kubur.
Lupa dalam ayat tersebut diatas mencakup banyak hal : lupa aturan, lupa diri sendiri, lupa saudara, lupa keluarga, lupa zakat, infak, dan shodaqah dan sampai akhirnya lupa akan mati. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-’Adiyat : 6 – 7 :
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, karena dia sangat mencintai hartanya.
Karena manusia dilahirkan dalam keadaan fithrah yang artinya suci, bersih, benar, baik dan indah, maka perbuatan menuruti hawa nafsu bertentangan dengan jati diri manusia sehingga akan mengganggu ketentraman dan kedamaian hati manusia. Suatu hari Nabi SAW. Ditanya oleh seorang sahabatnya : Apa itu dosa ya Rasulullah ? beliau menjawab :
ما حاك فى النفس وكرهت أن يطلع عليه الناس
Dosa adalah sesuatu yang terbetik dalam hatimu dan kamu tidak suka orang banyak mengetahuinya.
Kita tidak suka orang banyak mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati kita, jika yang tersembunyi itu bertentangan dengan hati nurani. Karena dengan sendirinya dosa akan menjadi sumber kesengsaraan bathin dan bisa jadi juga kesengsaraan lahir. Karena itu dengan kasih sayang-Nya, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertaubat mensucikan diri kita dari dosa baik hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Maka dihari yang suci ini, marilah kita sama-sama renungkan dan perhatikan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :
أتدرون من التائب ؟
Apakah kamu tahu orang-orang yang tobat ?
Para sahabat menjawab :
قلنا الله ورسوله أعلم
Kami (para sahabat) menjawab Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui.
Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan :
ومن تاب ولم يتعلم العلم فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat belum mau untuk belajar, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يغير خلقه فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum merubah prilaku (akhlaknya), maka ia belum termasuk orang-orang yang bertaubat.
ومن تاب ولم يزد فى العبادة فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum menambah dalam ibadahnya, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يزضى الخصماء فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum damai dengan musuhnya, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يطو فراشـه فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum mau untuk bangun malam, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
ومن تاب ولم يتصدق ماله فليس بتائب
Barangsiapa yang bertobat dan belum menyedekahkan hartanya, maka ia belum termasuk orang-orang yang bertobat.
Oleh karena itu, puasa mendidik dan melatih kita untuk bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga kita termasuk orang-orang yang bertaubat sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits tersebut di atas yaitu taubah nasuha (taubat yang yang sungguh-sungguh) dan dilengkapi dengan menjadi manusia yang pandai menghapus bekas-bekas luka hati yang menyakitkan. Karena itulah kita berada dalam fthrah yang suci sambil mengucapkan :
تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم وجعلنا الله من العا ئدين والفائزين
Semoga Allah menerima amalan dan puasa kita semua dan Allah menjadikan kita semua orang-orang yang kembali suci bersih dan mendapatkan kemenangan.
0 komentar:
Posting Komentar